Terima kasih Dimas

Waktu menunjukan pukul 04.00 pagi. Aku bergegas membuka pintu dengan Hati-hati… berjalan diam-diam tanpa membuat suara sekecil apapun. Dan akhirnya hampir meraih pintu gerbang rumah, tak lupa ku menoleh kekiri dan kanan untuk berwaspada apakah ada yang melihat ku keluar dari rumah. Tentu saja ada alasan kenapa aku pergi sepagi ini. Yaitu aku ingin kabur dari rumah dengan beribu aturan, disana aku bagaikan Sel tahanan, disuruh ini, disuruh itu. Aku tau sebenarnya apa maksud mama yang terus mengatur hidup ku… sejak kematian papa, mama menikah lagi dan aku satu-satunya anak yang mama punya. Mama ingin aku menjadi penerus perusahaan papa. Tapi sungguh aku juga ingin mengetahui apa yang ada diluar sana.

Ku lihat jam ku sudah menunjukan pukul 01.00, rasanya aku sudah berjalan jauh sekali, kaki ku terasa pegal dan tak kuat lagi meneruskan perjalanan, Mana belum sarapan, ku raba semua saku ku kulihat hanya beberapa recehan uang susa minggu ini yang sudah kuhabiskan dan kugunakan untuk hari-hari yang tidak berguna. Duh… sudah benar-benar tak kuat lagi menahan rasa lapar dan akhirnya “ Brukkk”!!!..

Mata ku terasa berat, sempat kuberpikir kalau aku buka mata ini, apakah semuanya akan berubah… Apa mama akan berubah untuk tidak mengkekangku lagi… Apa dunia ini akan lebih mengerti maksudku? Tapi biarlah, aku akan berusaha sedikit demi sedikit menjalani hidup yang sedikit menjengkalkan ini… Satu… Dua… Dan tiga… Kubuka pelan-pelan. Kulihat aku sudah berada diatas kasur empuk!! Tapi dalam tatapanku saat itu,banyak sekali sinar matahari yang menyinari mukaku, aku sadar bahwa atap rumah orang yang menolongku bocor, aku jadi teringat saat hujan nanti berapa banyak ember yang ia perlukan? Kasihan sekali… Mulai dari itulah… Aku pun bertanya-tanya aku ada dimana? “Tolong-tolong….” Aku berteriak tiba-tiba datang seorang laklaki berpakaian kumal celana dan bajunya yang sudah robek-robek menghampiri aku,,, ku pandamgi dia, mumgkin dia seumuran dengan ku. Akupun bertanya “ Dimana aku? Kenapa aku bisa disini?”

l“Kamu tadi pingsan di depan toko tempatku bekerja. Lalu kubawa kau ke rumahku. Tubuhmu terlihat sangat lemah, kamu belum makan?”Tanya laki-laki itu padaku.

Aku hanya bisa mengangguk tanda bahwa aku benar-benar merasa lapar. Kemudian laki-laki itu memberikan aku sepiring nasi dan lauk pauknya. Akupun terkejut apa yang ia berikan padaku yaitu nasi dan ikan asin. Seumur-umur mama tyidak pernah masak ikan asin, uhhhhh… sungguh tidak menggugah selera. Tapi apa boleh buat, perutku sudah terasa pedih… akhirnya aku makan juga nasi yang diberikan oleh aki-;laki tadi. Ternyata lauk ikan asin juga tidak terlalu buruk. Laki-laki itu tersenyum melihatku. Di raut wajahnya tersirat beribu pertanyaan yang ingin ia katakana padaku. Akhirnya ia pun membuka mulut” apa yang membuatmu ke sini, dari tampangmu terlihat bahwa kamu pasti orang berduit!” Ia bertanya dengan heran.

“ Aku kabur dari rumah, di rumah aku selalu di kekang, di suruh belajar, aku capek, aku juga ingin hidup bebas seperti yang lain”. Jawabku dengan penuh kejujuran.

“ Tindakmu sungguh salah! Kau tidak tahu apa yang ada di luar, lebih keras dari yang kau bayangkan… Ikut aku” Kata laki-laki itu menarikku keluar, sebenarnya apa yang ia lakukan, akupun belum sempat untuk mengetahui siapa namaya… dia menarikku ke luar rumahnya yang hanya berlantai tanah, dinding-dinding yangf penuh tempelan koran… Dan ketika di luar aku terkejut, aku sedang berada di tengah-tengah perkampungan kumuh dipinggiran kali. Tempat tinggal para pemulung-pemulung, pengamen-pengamen dan sebagainya. Tak pernah kutemui tempat tinggal seperti ini sebelumnya. Tempat yang begitu kotor, kiri-kana dipenuhi sampah-sampah yang berbau busuk. Sungguh menjijikkan membuatku mual. Laki-laki itu mengajakku duduk di tepi sungai sambil menatap anak-anak kecil yang mengumpulkan kaleng-kaleng bekas. Laki-laki itu menepuk bahukudan menunjuk kea rah anak-anak kecil tadi.

“ Coba kau lihat mereka, bekerja keras banting tulang hanya untuk mendapatkan sesuap nasi…” Laki-laki itu berkata begitu keras membuat hatiku miris. Ya Tuhan aku begitu tidak bersyukurnya dengan apa yang telah diberikan padaku… Mama yang penuh perhatian… Dan akuy malah menyia-nyiakannya… Ternyata di luar ini masih ada yang di bawah jangan selalu melihat ke atas. Laki-laki itu tersenyum kepadaku… Sampai-sampai air mataku jatuh di bahunya… Kukatakan padanya aku akan pulang dan tidak akan membantah apa yang akan dikatakan mama padaku… Tak lupa kuucapkan terima kasih padanya… Tanpa dia aku tidak akan sadar untuk mensyukuri apa yang telah diberiakan Tuhan. Bergegas kuberlari meninggalkan dia… Setelah beberapa langkah menjauh, aku baru tersdar bahwa aku belum menanyaka rumahya. Akupun berteriak dari kejauhan.

“ Hei, nama kamu siapa?”

Dia berbalik dan menjawab,” Namaku Dimas, nama kamu siapa?

“ Namaku Maya!” Teriakku kembali.

Setelah sampai di rumah ternyata mama sangat kuatir dan takut. Aku meminta maaf  kepada mama dan menceritakan kejadian yang kualami dan juga tentang Dimas dan mamapun berjanji tidak akan lagi terlalu mengaturku. Aku menyuruh mama untuk mencari Dimas, membiayai sekolah Dimas. Dan sekarang aku dan Dimas satu sekolah dan menjadi teman akrab…

Thank you Dimas… Kuberharap kejadian ini akan memberi satu arti tapi beribu makna bagi semua orang yang mengerti… Dimas… Kalau tidak ada kamu saat itu, mungkin aku sudah mengambil jalan yang salah yang suatu saat akan memberatkan hati mama untuk bertindak. Tapi, kamu datang saat aku membutuhkannya tanpa kuundang dan sama sekali tak pernah aku undang saat itu, percaya ataupun tidak, bagiku kau adalah malaikat perantara yang dikirimkan oleh Tuhan padaku… Ya… Untuk menyadarkan peri nakal sepertiku ini…

Sungguh ini benar-benar kejadian yang sama sekali sangat memberi arti dan makna untukku… Saat ini… Esok… Dan sampai habis waktunya nadi ini berdetak aku ingin membuat dunia ini tersenyum… Tersenyum pada satu hakikat cinta yang telah dianugrahkan pada insane-insan yang menanti kedatangannya… Sekali lagi… TERIMA KASIH DIMAS…

puisi untuk sahabat

Puisi ini ku dedikasikan untuk sahabat-sahabatku tercinta,,,,,,,,,

Persahabatan bagai sekelompok kunang-kunang,,,,

dan kita adalah sekelompok kunang-kunang,,,

yang berusaha untuk tetap terbang dan menerangi malam gelap,,

walau tak mudah menerangi dunia,

tapi kita kan coba,,

percayalah,,

suatu saat kita kan berjaya,,,

cahaya kita kan melampaui cahaya bintang,,

dengan bersama,,

walaupun sribu rintangan menerjang,,

takkan mampu menghalangi mimpi kita,,

dan pada saat itu juga kita akan menemukan makna sahabat,

hujan di malam gelap, akan dihiasi pelangi di malam hari,,

salam persahabatan!!!!

created by suliz de fireflies